Spiritnya Bisa Jadi Contoh Mahasiswa Malang
Kondisi keluarga yang tak mampu tak membuat Raeni patah semangat.
Ayahnya yang hanya seorang abang becak, malah dijadikannya pelecut
semangat hidup. Ia pun menjadi wisudawan terbaik tahun ini. Spirit Raeni
ini diturunkan MALANGTIMES untuk memberi semangat mahasiswa Malang yang
lagi putus asa.
SEMARANG, Selasa (10/6) pukul 06.15. Mugiyono dengan sigap mengayuh
becak tuanya. Lelaki 62 tahun ini sesekali turun dari becaknya, saat
jalanan menanjak. Di atas becaknya itu, Mugiyono mengangkut penumpang
istimewa.
Istimewa karena ia adalah anak perempuannya yang akan diwisuda di
Universitas Negeri Semarang (Unnes). Dia adalah Raeni, putri pertama
Sugiyono yang diwisuda di Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi
(FE) Unnes.
Sesekali Mugiyono tersenyum pada orang yang menyapanya. Ada
kebanggaan di balik senyumnya itu. Ya, bangga karena putrinya itu adalah
wisudawan terbaik di Unnes. Raeni mengalahkan ribuan mahasiswa
seangkatannya dalam bidang akademik.
Seperti dilansir situs resmi Unversitas Negeri Semarang (Unnes),
Raeni merupakan penerima beasiswa Bidikmisi Dikti kampus tersebut. Ia
diwisuda dengan IPK cukup tinggi, 3,96. Nyaris sempurna!
Meksi hidup pas-pasan, namun Raeni tetap semangat belajar.
Prestasi
akademiknya juga sangat bagus. Beberapa kali memperoleh indeks prestasi
sempurna, 4,00. Prestasi itu dipertahankan hingga ia lulus sehingga ia
ditetapkan sebagai wisudawan terbaik.
’’Selepas lulus sarjana, saya ingin melanjutkan kuliah lagi.
Penginnya melanjutkan (kuliah) ke Inggris. Ya, kalau ada beasiswa lagi,”
kata gadis yang bercita-cita menjadi guru tersebut.
Cita-citanya itulah yang membawa spirit Raeni meluap-luap. Apalagi
keinginan kuatnya saat ini hanya satu; membahagiakan dan mengangkat
derajat keluarga. Raeni meyakini bahwa pendidikan akan bisa memberikan
nilai lebih bagi kehidupan keluarganya. Tidak hanya materi, tapi juga
kehormatan.
Raeni memang berangkat dari keluarga tidak mampu. Ayahnya, Mugiyono
merupakan abang becak yang biasa mangkal dekat kampus Unnes. Warga
Kelurahan Langenharjo, Kendal, itu berhenti sebagai karyawan di pabrik
kayu lapis. Sebagai tukang becak, penghasilan Mugiyono tak menentu.
Sehari hanya Rp10 ribu – Rp 50 ribu. Karena itu, ia juga bekerja sebagai
penjaga malam di sebuah sekolah dengan gaji Rp 450 ribu per bulan.
Namun kondisi keluarga tak menyurutkan semangat Raeni. Bahkan kondisi
itu makin melecutkan semangatnya. ’’Jalani apa yang ada dengan semangat
dan penuh syukur. Nanti yang kamu cari akan ketemu juga,’’ tutur Raeni
seperti ditirukan salah satu keluarganya di Malang. (tif)
Posting Komentar