Blog 87paz | About Us | Contact | Register | Sign In

Rabu, 11 Juni 2014

Putri Abang Becak Raih Wisudawan Terbaik

 

Spiritnya Bisa Jadi Contoh Mahasiswa Malang

Kondisi keluarga yang tak mampu tak membuat Raeni patah semangat. Ayahnya yang hanya seorang abang becak, malah dijadikannya pelecut semangat hidup. Ia pun menjadi wisudawan terbaik tahun ini. Spirit Raeni ini diturunkan MALANGTIMES untuk memberi semangat mahasiswa Malang yang lagi putus asa.  
SEMARANG, Selasa (10/6) pukul 06.15. Mugiyono dengan sigap mengayuh becak tuanya. Lelaki 62 tahun ini sesekali turun dari becaknya, saat jalanan menanjak. Di atas becaknya itu, Mugiyono mengangkut penumpang istimewa.
Istimewa karena ia adalah anak perempuannya yang akan diwisuda di Universitas Negeri Semarang (Unnes). Dia adalah Raeni, putri pertama Sugiyono yang diwisuda di Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) Unnes.
Sesekali Mugiyono tersenyum pada orang yang menyapanya. Ada kebanggaan di balik senyumnya itu. Ya, bangga karena putrinya itu adalah wisudawan terbaik di Unnes. Raeni mengalahkan ribuan mahasiswa seangkatannya dalam bidang akademik.

Seperti dilansir situs resmi Unversitas Negeri Semarang (Unnes), Raeni merupakan penerima beasiswa Bidikmisi Dikti kampus tersebut. Ia diwisuda dengan IPK cukup tinggi, 3,96. Nyaris sempurna!
Meksi hidup pas-pasan, namun Raeni tetap semangat belajar. 

Prestasi akademiknya juga sangat bagus. Beberapa kali memperoleh indeks prestasi sempurna, 4,00. Prestasi itu dipertahankan hingga ia lulus sehingga ia ditetapkan sebagai wisudawan terbaik.
’’Selepas lulus sarjana, saya ingin melanjutkan kuliah lagi. Penginnya melanjutkan (kuliah) ke Inggris. Ya, kalau ada beasiswa lagi,” kata gadis yang bercita-cita menjadi guru tersebut.

Cita-citanya itulah yang membawa spirit Raeni meluap-luap. Apalagi keinginan kuatnya saat ini hanya satu; membahagiakan dan mengangkat derajat keluarga. Raeni meyakini bahwa pendidikan akan bisa memberikan nilai lebih bagi kehidupan keluarganya. Tidak hanya materi, tapi juga kehormatan.

Raeni memang berangkat dari keluarga tidak mampu. Ayahnya, Mugiyono merupakan abang becak yang biasa mangkal dekat kampus Unnes. Warga Kelurahan Langenharjo, Kendal, itu berhenti sebagai karyawan di pabrik kayu lapis.  Sebagai tukang becak, penghasilan Mugiyono tak menentu. 

Sehari hanya Rp10 ribu – Rp 50 ribu. Karena itu, ia juga bekerja sebagai penjaga malam di sebuah sekolah dengan gaji Rp 450 ribu per bulan.

Namun kondisi keluarga tak menyurutkan semangat Raeni. Bahkan kondisi itu makin melecutkan semangatnya. ’’Jalani apa yang ada dengan semangat dan penuh syukur. Nanti yang kamu cari akan ketemu juga,’’ tutur Raeni seperti ditirukan salah satu keluarganya di Malang. (tif)


Posting Komentar

sport.detik

finance.detik

otomotif.detik

food.detik

Sindikasi welcomepage.okezone.com

Liga Inggris

Liga Spanyol